Hipotesa: Memperbanyak perspektif
Tangerangtalk – Saat ini kalau kita mengikuti isu politik di media sosial kita menemukan bahwa banyak orang mengeluarkan pendapat. namun, kita cenderung hanya setuju hanya kepada pendapat yang memperkuat keyakinan kita.
Bahkan menglorifikasi pendapat tersebut sambil menyerang pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinan tersebut.
Padahal, memiliki banyak perspektif sangat penting ditengah ketidakpastian seperti saat ini. Jangan sampai kita malah terjebak dalam perspektif yang salah sebelum mengambil sebuah keputusan.
Bisa jadi, apa yang kita ketahui adalah kebenaran yang salah ataupun sesuatu yang sudah tidak relevan lagi. Karena perspektif yang salah pasti akan menghasilkan kesimpulan yang salah.
Hal menarik ini baru beberapa hari lalu saya dengar dari diskusi dengan seorang teman.
Dia menceritakan, sering kali dia mengambil perspektif yang berbeda bahkan berlawanan dengan teman diskusi untuk menambah sisi pengetahuan.
Sehingga sebelum mengambil sebuah keputusan, jawaban, ataupun sikap. Teman diskusinya lebih kaya pendapat atau perspektif ketimbang bertahan dengan sikap hanya mempercayai satu sisi saja.
Menarik untuk dibahas dalam tulisan ini sebuah cerita.
Saya sering mendengar cerita tentang tiga orang buta yang menceritakan tentang gajah yang baru pertama mereka pegang.
Orang yang pertama bilang bahwa gajah itu lembek dan panjang karena dia memegang belalainya. Orang yang kedua bilang bahwa gajah itu keras dan licin karena dia memegang gadingnya. Orang yang ketiga bilang gajah itu kecil dan suka bergerak-gerak karena dia memegang ekornya.
Saya membayangkan kalau ketiga orang tersebut hanya memiliki kepercayaan terhadap satu perspektif yang dia rasakan. Bisa diyakini bahwa mereka akan bertengkar dan tidak dapat memiliki gambaran perspektif yang lebih besar.
Hal tersebutlah yang jangan sampai membuat kita membenci sesuatu hanya karena satu sisi saja. Misalkan hanya dalam sisi mendukung atau menolak saja.
Kenapa tidak kita coba untuk membuat melihat dari sisi sebaliknya dari yang kita yakini. Bisakah kita menerima argumen mendukung saat di posisi sebaliknya.
Saya bahkan meyakini bahwa orang yang berbeda pendapat dengan kita merupakan teman sparing yang baik dalam berpikir. Sehingga kita dapat ditunjukan kelemahan pendapat kita dan memperbaikinya.(Sayuti)