Festival Cisadane Kembali Digelar
Sumber: Humas |
Tangerangtalk.Online - Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah, mengingatkan masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan budaya lokal melalui Festival Cisadane Tahun 2023, yang digelar di Bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, pada Rabu malam (22/11/2023).
Dalam sambutannya, Arief, menekankan pentingnya pelestarian tradisi dan menjaga warisan budaya seperti Festival Cisdane yang menjadi ciri khas Kota Tangerang.
“Alhamdulillah, Festival Cisadane kembali digelar. Kita ketahui bersama, Sungai Cisadane menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat dan menjadi pusat dalam perayaan keberagaman masyarakat Kota Tangerang," ucap Arief saat membuka Festival Cisadane, seraya mengajak masyarakat untuk terus menjaga kebersihan sungai.
“Jaga kebersihan Sungai Cisadane biar bisa terus bermanfaat buat Kota Tangerang," serunya.
Arief, juga mengatakan, festival ini bukan hanya perayaan seni dan budaya semata, tetapi juga turut meingkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Sembari kita lestarikan budaya lokal, kita juga tentunya turut memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya UMKM untuk menjajakan produknya sehingga dapat turut meningkatkan perekonomian masyarakat," ujar wali kota.
Diakhir sambutannya, wali kota beserta wakil, menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kerja sama selama dua periode menjalankan amanah di Kota Tangerang.
“Saya dan pak Sachrudin, mengucapkan terima kasih kepada seluruh forkopimda khususnya masyarakat Kota Tangerang, yang telah membantu dan sama-sama berupaya mewujudkan Kota Tangerang yang semakin maju dan sejahtera,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Festival Cisadane berlangsung mulai 22-26 November, menampilkan pertunjukan seni budaya, perlombaan, pameran kerajinan tangan lokal, UMKM, stan pelayanan publik, band lokal serta nasional dan berbagai hiburan lainnya.
Menyelusuri Festival Cisadane: Tradisi yang Berkembang Hingga Kini
Festival Cisadane, sebuah perayaan yang memiliki akar sejarah panjang, menjadi titik kebersamaan masyarakat Tangerang. Sejarahnya dapat ditelusuri hingga abad ke-18, di mana festival serupa menjadi bagian perayaan Peh Cun oleh komunitas Tionghoa di sepanjang Sungai Cisadane.
Perayaan ini, jatuh pada tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Cina atau bulan Juni dalam kalender Masehi, awalnya menjadi momentum perayaan di tengah masyarakat Tionghoa. Pada tahun 1910, di Tangerang, festival ini berkembang menjadi ajang perayaan bersama dengan berkumpulnya masyarakat di sekitar sungai.
Tradisi dimulai dengan sembahyang di klenteng setempat, diikuti dengan ritual menaiki kapal dan perahu naga menyusuri Sungai Cisadane. Warga melemparkan bunga dan bacang ke sungai sebagai simbol kesuburan dan kelimpahan. Ritual puncak melibatkan pembakaran naga merah dan hijau, dengan abunya ditaburkan ke sungai.
Salah satu atraksi menarik adalah ritual menegakkan telur, disebut Toan Ngo, yang dipercaya memiliki waktu khusus antara pukul 11.00 WIB hingga 13.00 WIB. Festival mencapai puncaknya dengan melepaskan bebek ke sungai sebagai simbol pembebasan dari kesialan.
Pada tahun 1993, pemerintah kota Tangerang memutuskan untuk menggabungkan Festival Cisadane dengan kebudayaan lain di wilayah tersebut. Festival yang dulunya identik dengan tradisi Tionghoa, kini telah berkembang menjadi perayaan inklusif yang merangkul keberagaman budaya Tangerang.
Festival Cisadane, dengan perjalanan sejarahnya yang kaya, menjadi acara yang dinantikan setiap tahunnya. Ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga manifestasi kebersamaan dan keberagaman masyarakat Tangerang yang merayakan warisan budaya dengan semangat yang berkembang seiring berjalannya waktu. (Humas/Sayuti)