Kenakalan Remaja Di Banten : Dari Krisis Identitas Ke Tindak Kriminal, Mengapa Kita Harus Peduli?

 

Penulis: Risma Rachmawati


Peningkatan tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan remaja. Di era sekarang ini, kenakalan remaja  sudah melampaui batas yang sewajarnya dan cukup mengkhawatirkan. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal seperti rokok, narkoba, sex bebas, balap liar, tawuran, minuman keras, judi online dan bahkan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Oleh karena itu permasalahan kenakalan remaja ini tidak lagi dapat dipandang sebagai sekadar perilaku individu semata, tetapi juga harus dilihat dari sudut pandang yang lebih luas. Hal ini tercermin dari tingkat kenakalan remaja yang meningkat, khususnya di Banten, yang menunjukkan bahwa banyak faktor kompleks yang berkontribusi pada fenomena ini. 

Faktor Penyebab:

Menurut Dr. Kartini Kartono, Faktor-faktor yang mendorongnya dikategorikan menjadi dua faktor utama, yakni:

faktor internal, terdiri atas krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. 

faktor eksternal penyebab terjadinya kenakalan remaja terdiri dari kurangnya perhatian dari orang tua serta kurangnya kasih sayang,  minimnya pemahaman tentang keagamaan, pengaruh lingkungan sekitar, dan tempat pendidikan. 

Judi Online di Kalangan Remaja

Beberapa remaja terlibat dalam perilaku kenakalan sebagai cara untuk melarikan diri dari tekanan sosial, konflik dalam keluarga, atau ketidakpastian terkait masa depan mereka. Situasi ini seringkali diperparah dengan ketimpangan ekonomi, seperti tidak memiliki peluang yang sama. Hal ini membuat sebagian remaja merasa terabaikan. Karena demikian, kenakalan kerap dianggap sebagai solusi cepat. Tingginya angka pengangguran di kalangan remaja juga menjadi faktor pemicunya, karena minimnya peluang untuk membangun masa depan yang stabil dapat mendorong remaja melibatkan diri untuk melakukan tindakan negatif sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap kehidupan yang penuh tantangan. Selain itu, kurangnya peran pengawasan orang tua terhadap remaja yang memiliki akses mudah ke internet sering terpapar konten berbahaya, seperti dapat mengakses perjudian online. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan bahwa hampir 200.000 anak  dengan rentang usia 11-19 tahun  di Indonesia terlibat dalam judi online  pada 2024. Fenomena ini di sebabkan karna kurangnya kesadaran dari remaja akan dampak kecanduan judi online tersebut. Hal ini menjadi tantangan karena kenakalan remaja kini meluas ke ranah digital, menciptakan dimensi baru yang membutuhkan perhatian serius. 


Dampak dari Judi Online

Remaja yang terjerat dalam Judi Online menghadapi konsekuensi yang parah, terutama terkait kesehatan mental mereka. Stres jangka panjang yang kerap menghantui mereka menjadi salah satu dampak yang paling kentara. Remaja yang mengalami kecanduan mempunyai keinginan yang kuat untuk terus bermain judi online walaupun uangnya sudah habis. Mereka sering mencari cara yang tidak etis untuk mendapatkan uang dalam upaya memuaskan keinginan mereka, seperti mengambil pinjaman dari situs pinjaman online yang berisiko tinggi atau, dalam situasi yang lebih parah, melakukan kejahatan seperti pencurian.

Perilaku ini tidak hanya dapat merusak kesehatan mental dan fisik mereka tetapi juga dapat merusak ikatan sosial dan kekeluargaan. Kecanduan judi online memaksa anak untuk melakukan perilaku yang semakin merugikan diri sendiri dan orang disekitarnya, sehingga menimbulkan lingkaran setan yang sulit untuk dilepaskan. Untuk mencegah generasi muda kita terjerumus ke dalam lubang hitam yang disebabkan oleh kecanduan yang merusak ini, penting bagi kita untuk mengenali dan mengatasi masalah ini.

Upaya Terhadap Penanggulangan Kenakalan Remaja 

Penanggulangan Kenakalan Remaja merupakan kewajiban tanggung jawab tidak hanya individu tapi juga kelompok, masyarakat dan pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menciptakan lingkungan remaja yang lebih baik sehingga dapat membantu mereka beradaptasi dengan keadaan disekitarnya. 

Upaya Preventif: Edukasi dan Pembinaan

Penyuluhan dan edukasi merupakan langkah awal yang penting. Program pembinaan ini bertujuan untuk memberikan generasi muda informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan dalam membuat keputusan yang bijak. Melalui program ini remaja akan diajarkan  tentang resiko kenakalan, termasuk Judi Online, dan cara menghindarinya. Dengan mendapatkan pemahaman yang lebih luas, remaja diharapkan akan mampu menahan diri dari perilaku buruk dan memberikan kontribusi positif  dalam masyarakat.

Upaya Represif: Penindakan dan Rehabilitasi 

Dalam hal ini penegakan hukum berupa penindakan yang tegas diperlukan untuk menangani mereka yang menyebarkan konten berbahaya, seperti judi online. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) memberikan landasan hukum untuk menindak tegas pelanggaran ini. Namun, penegakan hukum tidak hanya berhenti sampai di situ. Remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja juga memerlukan konseling dan rehabilitasi. Mereka yang tertangkap karena tindakan kriminal akan mendapatkan pembinaan di pusat rehabilitasi, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).

Efektivitas Dalam Menangani Kenakalan Remaja

Meskipun terdapat upaya-upaya untuk menangani kenakalan remaja telah dilakukan, baik melalui pendekatan preventif maupun represif, efektivitasnya masih menjadi perdebatan. Remaja yang memiliki hubungan dekat dengan orang tuanya cenderung lebih mampu menghindari perilaku buruk, hal ini dijelaskan dalam studi penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Youth and Adolescence. Namun, karena padatnya jadwal atau kurangnya kesadaran akan pentingnya posisi mereka, banyak orang tua yang kurang aktif dalam kehidupan anak-anaknya. Tanpa dukungan yang kuat dari orang tua, program edukasi dan pembinaan yang dilakukan di sekolah atau komunitas menjadi kurang efektif. Meskipun ada undang-undang yan mengatur penindakan terhadap pelanggaran, implementasi hukum sering kali tidak konsisten. Para remaja percaya bahwa aktivitas yang melanggar hukum, termasuk judi online, tidak akan dihukum karena banyak insiden pelanggaran yang tidak ditanggapi secara serius.  Menurut laporan Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan bahwa karena ketidakpastian hukum,  menjadikan remaja merasa terdorong karena  tidak ada risiko  yang signifikan dalam perilaku negatif yang membuat mereka akan terus  melakukan aktivitas berbahaya.

Masalah kenakalan remaja di Banten telah berkembang menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan, meski sudah melakukan berbagai upaya, hal ini masih belum efektif karena lemahnya sinergi antara berbagai pihak yang terlibat. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh tidak hanya mencegah tetapi juga menawarkan alternatif yang membangun. Penyuluhan dan edukasi masih tetap perlu ditingkatkan, dengan dibarengi pendekatan yang memberdayakan dan relevan dengan kebutuhan remaja. Selain itu, harus ada perubahan struktural seperti peningkatan terhadap akses Pendidikan berkualitas dan menyediakan lingkungan yang mendukung Kesehatan mental remaja. Sehingga pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak menjadi kunci untuk perubahan yang berkelanjutan

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url